MEMANDANG HARI DEPAN DENGAN OPTIMIS!

 


Kalau mau menghitung angka,  berarti usia ini telah memasuki usia 24 tahun (14 Juni 1998- 14 Juni 2022) dalam lintasan ruang dan waktu di alam semesta ini. Usia yang relatif terbilang masih muda akan tetapi lumayan cukup lama. Tentu saya syukuri usia ini, selain jadi bahan muhasabah diri tentunya. Bahan renungan dan refleksi setelah cukup jauh kaki ini melangkah hingga detik sekarang. Pada kesempatan ini saya ingin sedikit bercerita.

Dalam tarikh (sejarah) Nabi Muhammad Saw, tercatat bahwa rentang waktu turunya surat al-Alaq ayat 1-5 hingga al-Maidah ayat 3, ialah selama kurang lebih 23 tahun lamanya bila mau digenapkan. Angka itu dihitung saat pertama kalinya Nabi Muhammad Saw dilantik sebagai Nabi dan Rasul pada usia 40 tahun hingga ia tutup usia pada usia 63 tahun. 

Selama 23 tahun para sahabat dan umat Islam menerima bimbingan dan pembinaan langsung dari Nabi dalam memahami dan mempraktikan ajaran Islam sebagai wahyu yang datangnya dari Sang Khalik.  Selama 23 tahun Nabi telah memberikan bekal agama yang lengkap pada umatnya. Baik tata cara ibadah-ukhrawiyah maupun muamalah-dunyawiyah. 

Nabi juga telah mendidik sahabatnya agar mereka mampu meneruskan perjuangan dakwah Islam agar terdengar ke seluruh penjuru dunia. Setelah 23 tahun mendapat bimbingan dan pembinaan tersebut, umat Islam akhirnya harus berpisah dengan Nabi untuk selamanya. Menginjak tahun ke-24, berarti menginjak fase baru dalam sejarah umat Islam.

Di tahun ke-24 ini para sahabat mulai menemui masalah serius dan berbeda pendapat dalam berbagai hal, termasuk dalam mengangkat pemimpin di antara kaum muslimin. Masalah lainnya ialah terpecahbelahnya umat Islam karena bahkan masih ada yang merasa tidak percaya bahwa Nabi telah wafat.

Banyak yang murtad, tidak mau membayar zakat dan bermunculannya Nabi palsu. Tahun ke-24 benar-benar fase baru yang di dalamnya tersimpan segudang permasalahan. Namun, karena para sahabat telah dibekali ilmu dan keyakinan yang kuat, satu persatu permasalahan tersebut bisa diselesaikan. Tahun ini setidaknya menjadi fondasi awal untuk tahun-tahun berikutnya. 

Mengingat kisah tersebut, saya sendiri sadar bahwa menginjak usia 24 tahun ialah menginjak fase-fase baru dalam hidup yang  tentu tidak ringan. Di mana akan ditemui berbagai bentuk masalah. Masalah yang terasa kecil hingga masalah yang terasa besar. Masalah yang bisa saja menjadi marabahaya dan malapetaka bila tidak mampu disikapi dengan kekuatan dan pertolongan agama. Masalah yang bahkan sesekali mampu menitikkan air mata!

Perlahan bimbingan dan binaan dari guru, keluarga dan bahkan orang tua telah berbeda dari dulu. Karena sejujurnya, seorang yang menginjak usia 24 tahun bukanlah anak kecil lagi yang harus senantiasa mendapatkan bimbingan dan pembinaan terus menerus dari mereka. 

Kadang banyak hal yang tidak terduga, jauh dari keinginan dan harapan. Ada saatnya bertemu dengan fase kebingungan dan fase merasa kehilangan makna. Seperti para sahabat yang bingung saat ditinggalkan nabi wafat.

Namun, yang harus dicatat ialah sudah 23 tahun saya dibesarkan, dibimbing, dan dibina melalui pendidikan agama, sekolah dan keluarga dengan harapan agar bisa memandang masa depan dengan nada optimis.

Seperti Nabi yang telah mengajarkan dan memberikan bekal ilmu pada para sahabatnya agar mereka mampu meneruskan perjuangannya. Begitupun kita, atau siapa saja yang telah memasuki usia 24 tahun, di tahun inilah saatnya harus membentuk watak mandiri, berjuang dan berupaya membangun fondasi awal untuk tahun-tahun yang akan datang.

Comments