Dalam sebuah hadis Nabi, kita dianjurkan
agar senantiasa menghisab diri sendiri sebelum dihisab di akhirat kelak. Di
Ramadan ini, ada baiknya kita merenung sejenak dan bertanya telah sejauh mana
keimanan dan ketaqwaan kita sekarang. Serta sudah berapa banyak amal ibadah
yang telah dilakukan. Apakah ada peningkatan kualitas diri menjadi lebih baik
atau sama saja? Apakah puasa ini benar-benar kita jalani dengan baik atau
tidak?
Cobalah tanyakan hal tersebut
pada diri kita masing-masing. Sebagai muhasabah terhadap diri sendiri.
Muhasabah merupakan tindakan was-was dan pengingat berjalannya ibadah kita
sejauh ini. Karena sebentar lagi Ramadan akan segera berakhir. Pentingnya
muhasabah atas amal perbuatan yang telah kita lakukan agar kita tidak asyik
dalam keadaan yang belum tentu benar. Bermuhasabah adalah salah satu sikap
jembar hati karena kita mau mengoreksi amalan kita.
Jika masih banyak kita temui
perbuatan yang salah dan jauh dari spirit puasa Ramadan setelah kita bermuhasabah,
maka bersegeralah memohon ampunan-Nya. Dengan memanfaatkan hari-hari terakhir
Ramadan ini. Karena ampunan di bulan ini sangatlah besar sebagaimana yang
dijanjikan dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Sebetulnya, di bulan lainpun kita
dianjurkan untuk bersegera dalam meminta ampunan-Nya. Namun, bulan Ramadan yang
sangat istimewa ini mengandung pengampunan yang jauh lebih besar. Dalam al-Qur’an
kita disuruh agar sesegera mungkin menuju ampunan-Nya. Sebagaimana ayat berikut
ini :
“Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (Qs.Ali-Imran:133).
Rugilah kita apabila melewatkan
hari-hari terakhir Ramadan ini tanpa menyambut peluang ampunan-Nya. Nabi saja
yang telah dimaksum semakin mengencangkan ikat pinggangnya dan mengajak seluruh
anggota keluarganya beribadah dengan sebaik mungkin. Sementara kita yang
surganya belum jelas masih bersikap malas dan tidak antusias sedikitpun.
Di akhir Ramadan ini, ajaran
Islam sendiri menyediakan kesempatan kepada kita agar bisa ber-taqarrub
lebih dalam lagi. Seperti adanya ibadah i’tikaf. Selain itu, dikabarkan juga
bahwa di akhir-akhir Ramadan ini, Allah Swt akan menurunkan malam lailatul
qadr, yaitu malam keindahan bagi hamba-hambanya yang saleh dan salehah.
Dengan kesempatan tersebut, sudah
seharusnya kita panjatkan permohonan ampun. Karena sejatinya (mungkin) masih
banyak kesalahan yang disadari atau tidak, masih terus menerus kita lakukan. Di
sinilah urgensinya agar umat Islam selalu bermuhasabah kepada diri sendiri.
Karena di luar Ramadan saja ampunan-Nya itu bisa seluas langit dan bumi,
apalagi di bulan penuh berkah ini.
Memohon ampunan-Nya di penghujung
Ramadan ini tidak lain agar diri kita menjadi suci kembali. Sebagaimana harapan
kita saat hari raya idul fitri nanti. Kita menang dalam arti sesungguhnya. Akan
tetapi, bila sekarang kita tidak sungguh-sungguh dalam menjemput ampunan-Nya,
jangan terlalu berharap di hari idul fitri nanti kita dapat termasuk golongan
orang-orang yang bersih lahir dan batin.
Panjatkanlah do’a dibarengi
dengan permohonan ampunan kepada-Nya. Mudah-mudahan saat itu do’a kita
bersambut dengan datangnya malam lailatul qadr. Bayangkan saja, menurut
para ulama malam ini lebih baik daripada seribu bulan seseorang beribadah.
Inilah magfirah Ramadan yang tidak pernah menyempit, malah semakin luas untuk
didapatkan!
Comments
Post a Comment