Puasa Dapat Mengakrabkan Persaudaran

 

 


Ada perbedaan antara puasanya umat Islam dengan umat agama lainnya. Ada yang melakukan puasa dengan menjauh atau menepi sementara dari kehidupan sosial. Ada juga yang melakukan puasa, seperti dalam ajaran Islam yang menjadikan kehidupan sosial sebagai bagian dari kehidupan berpuasa. Kehidupan sosial di bulan Ramadan malah semakin hidup dan terasa hangat.

Suasana kehidupan di tengah-tengah masyarakat berubah saat Ramadan dan menjelang idul fitri. Banyak aktivitas yang mengharuskan antarindividu berinteraksi satu sama lainnya. Manfaatnya ialah dapat mengurangi sikap antisosial yang tidak baik bagi masyarakat itu sendiri. Misalnya di masyarakat Sunda, ada tradisi yang dinamakan dengan munggahan.

Tradisi munggahan ini isinya berkumpul, lazimnya bersama keluarga, atau siapapun yang dianggap sebagai orang terdekat, untuk makan bersama di hari terakhir sebelum besoknya puasa Ramadan. Tradisi ini memiliki nilai positif karena setiap orang dapat berinteraksi dengan yang lainnya. Bukan hanya interaksi saja, namun katanya dalam tradisi ini terkandung niat saling meminta maaf dari kesalahannya masing-masing.

Kehidupan sosial di bulan Ramadan semakin dinamis dengan adanya kegiatan seperti tarawih berjamaah. Selain menjadi momen ibadah namun tarawih juga menjadi pusat berkumpulnya sesama umat muslim. Tarawih juga menjadi kontrol sosial yang baik di bulan Ramadan karena di dalamnya ada tausyiah-tausyiah singkat yang menjadi obat hati.

Kita juga bisa meningkatkan hidup bersosial dengan momen buka bersama dan sahur bersama. Buka bersama di kebanyakan masjid selalu menyediakan makan dan takjil gratis yang sumbernya dari sedekah warga sekitar. Hal ini memiliki nilai pelajaran agar tidak pelit dan peduli terhadap sesama.

Kegiatan-kegiatan tersebut yang telah penulis sebutkan ialah modal dasar dalam mengakrabkan persaudaraan sesama umat Islam, malah lebih luasnya ialah persaudaraan sesama bangsa dan persaudaraan sesama umat manusia. Banyaknya kegiatan yang ada dalam lingkungan sosial membuat persaudaraan kita semakin akrab dan hangat.

Karena itu, Ramadan boleh dibilang sebagai dapurnya persaudaraan. Persaudaraan merupakan ikatan yang diperintahkan Allah Swt dalam al-Qur’an. Maka perselisihan dan pertengkaran yang terjadi di tengah-tengah kita harus diselesaikan dengan cara-cara yang damai.

Di bulan puasa ini rasa persaudaraan semakin menigkat apalagi kalau setiap kita paham ayat yang terkandung di dalam surat al-Hujurat ayat 10:

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Qs. al-Hujurat:10)

Persaudaraan yang kuat akan memudahkan dan meringankan beban hidup satu sama lainnya. Seperti yang dirasakan saat Ramadan. Banyak yang bersedekah baik berupa uang atau makanan. Karenanya banyak orang yang berbahagia karena perutnya tidak lagi kelaparan. Ramadan juga mengajarkan agar mampu menahan emosi, sehingga konflik dan pertengkaran dapat diminimalisir.

Adanya puasa inilah dan segala macam ibadah yang ada di dalamnya yang membuat persaudaraan kita semakin akrab. Persaudaraan ini juga dapat semakin akrab tatkala saling menyambungkan silaturahmi. Karena silaturahmi mengandung kebersihan hati dan kebeningan jiwa dari para pelakunya.

Di ujung Ramadan, atau menjelang idul fitri, bentuk silaturahmi dibungkus dengan tradisi mudik. Tradisi ini disadari atau tidak juga semakin menguatkan dan mengakrabkan persaudaraan. Akhirnya secara keseluruhan kita bisa melihat, bahwa sekali lagi, Ramadan dan ibadah puasa yang ada di dalamnya mampu mengakrabkan rasa persaudaraan kita melalui bentuk-bentuk kegiatan yang bersifat sosial di dalamnya.

Comments