Sumber Gambar: Kompasiana.com |
“Ada anak bertanya pada bapaknya,
buat apa berlapar-lapar puasa?”. Pertanyaan seorang
anak dalam lirik lagu tersebut sangat menggelitik sekaligus penuh makna.
Menggelitik karena bagi kebanyakan orang pertanyaan seperti itu dianggap
biasa-biasa saja. Apalagi diucapkan oleh seorang anak, pertanyaan tersebut bisa
dianggap sebagai butiran debu. Hahaha. Akan tetapi, jika ditilik hingga ke
akar-akarnya, kemungkinan akan ada butiran hikmah yang bisa kita comot dari
pertanyaan anak tersebut.
Ketika Thales, seorang bapak filsafat suatu ketika
bertanya tentang “apakah bahan untuk membuat alam semesta ini?” orang yakin
ketika pertama kali mendengar pertanyaan tersebut akan sulit menahan tawa. Tapi,
karena bemula dari pertanyaan itulah ia sekarang dikenal sebagai bapak
filsafat. Bagaimana dengan anak tadi, tentunya saudara jangan berpikiran bahwa
anak tadi bisa disebut anak filsafat. Wkwkwk.
Kembali lagi pada topik pembicaraan, penulis ingin
menyampaikan bahwa penulis melihat pertanyaan seorang anak dalam lirik lagu
tersebut sejatinya adalah pertanyaan yang mewakili benak seluruh umat islam. Pertanyaan
ini begitu penuh makna untuk menggali kembali sebenarnya puasa itu apa? bagaimana
caranya? apa yang akan manusia peroleh dari laparnya berpuasa? Hingga atas perintah
siapakah seorang manusia harus berpuasa?
Anak tersebut bertanya buat apa berlapar-lapar puasa
karena ia ingin orang islam itu menyelami kembali makna terpenting hakikatnya seseorang
itu berpuasa. Sehingga, seseorang berpuasa bukan hanya sebatas untuk menahan
lapar, tapi harus punya keyakinan dan prinsip yang kuat atas dasar apa orang
itu melaksanakan puasa. Dengan demikian, yang paling penting dan fundamental
yaitu bahwa puasa itu adalah soal bagaimana seseorang itu ingat dan taat pada
Tuhan-nya. Sehingga punya kesadaran bahwa Tuhan itu ada dan harus ia dekati.
Puasa dengan menahan lapar dan haus dahaga merupakan
dimensi syari’at semata. Dibalik itu, sebelumnya seseorang harus punya
keyakinan pada ke-Esa-an Tuhan. Dengan kata lain, puasa adalah wilayah epistemologinya
bagi manusia. Pencapaian akhirnya, seseorang mesti mencapai derajat taqwa
secara aksiologi yang mesti diraih. Dengan
begitu, sepertinya puasa akan lebih terang dan seseorang dapat menangkap
makna-makna ilahiah di dalam hidupnya.
Ada satu lirik
lagu lagi yang penulis ingin utarakan yaitu
“Ramadhan datang, alampun riang, menyambut bulan yang berkah, umat
berdendang, kumandang adzan, pertanda hati yang senang”. Sebuah lirik yang memesona suasana hati bukan?
Alam saja riang menyambut bulan Ramadhan yang di dalamnya umat islam akan berpuasa,
masa manusianya nggak? Hehe.
Sebentar lagi datang bulan suci Ramadhan, dan melalui tulisan
sederhana ini, penulis ingin mengajak saudara untuk menyambut bulan Ramadhan dengan
riang gembira dan penuh suka cita. Sekaligus menyampaikan pesan singkat bahwa
berpuasa bukan hanya sebatas menahan lapar dan nafsu, melainkan ada tujuan dari
segala tujuan hidup manusia yaitu, Allah SWT sebagai pencita alam semesta. Billahi
Fi Sabalilil Haq, Fastabiqul Khairaat!
Comments
Post a Comment