Masjid Tanpa Sekat

Masjid banyak ditemukan di Indonesia, karena mayoritas penganut agama di Indonesia adalah penganut agama islam.  Pernahkah saudara dilarang masuk ke masjid untuk sekedar beristirahat? Ada yang pernah ada yang belum pernah, kan? Biasanya pas  lagi nge-lancong, terus cari tempat tidur susah, alternatifnya mungkin ke masjid.

Sumber : Muslim.okezone.com
Masjid adalah sarana utama umat islam sejak zaman Nabi. banyak ritual ibadah yang tidak bisa jauh dari masjid. Misalnya  shalat, pengajian, tilawah al-qur'an dan lain-lain. kebiasaan itu sudah ada sejak zaman Nabi, bahkan Nabi sendiri bertempat tinggal di selasar masjid bersama istrinya Siti Aisyah. Namun, apakah Nabi pernah mengusir sahabat-sahabatnya untuk datang ke masjid tersebut? Nabi selalu terbuka  dan menyadari bahwa masjid adalah milik semua umat islam tanpa membedakan suku, warna kulit, harta dan jabatan.

Betapa hangatnya suasana masjid ketika itu, hingga akhirnya peradaban islam tersebar ke berbagai penjuru dunia bersamaan dengan bertambah banyaknya jumlah masjid yang dibangun. Karena Nabi telah meletakkan prinsip-prinsip itu sebelumnya pada para sahabat dengan membangun masjid Nabawi saat datang ke kota Madinah Al-Munawarah. Nabi membangun masjid bersama masyarakat Madinah secara bergotong royong dan musyawarah agar bisa digunakan untuk semua orang, bukan hanya untuk Nabi saja. 

Dewasa ini, tak jarang masjid sebagai episentrum peradaban islam diisolasi menjadi milik golongan, organisasi dan sekelompok orang yang begitu posesif. Sehingga, tidak senang rasanya bila ada orang lain yang tidak satu frekuensi bacaan shalatnya, tidak sama organisasinya, atau beda ustadz pengajianya bersujud di masjid yang mereka bangun. Rasa posesif tersebut dimanifestasikan dengan menghegemoni masjid tersebut oleh keluarga, golongan dan orang-orang yang punya kesamaan paradigma. 

Pada kondisi tertentu, masjid kadang digembok seperti rumah tahanan. tidak boleh ada yang masuk dan berdiam diri di masjid, terutama untuk orang lain yang tidak dikenal dan para pelancong dari tempat yang jauh. Alasannya biasanya demi keamanan masjid, terutama kotak amal yang rentan dicuri orang. Namun, bagaimana juga orang bisa menginfakkan hartanya lewat kotak amal tersebut, jika masjidnya saja terkunci? Penulis lebih setuju jika kotak amalnya yang digembok, bukan masjidnya. Sehingga, dengan begitu orang lain tetap bisa beribadah.

Aktivitas posesif lainnya, dengan diiringi rasa khawatir, yang diperlihatkan sebagian umat islam yaitu dengan memanajemen semua aktivitas masjid berdasarkan kepentingan golonganya. mulai dari muadzin, khotib jum'at. imam shalat, hingga petugas piket sehari-harinya mesti sesuai dengan paham golongannya. Sehingga, memutus aktivitas orang lain yang berbeda paham keagamaan untuk mengisi tugas-tugas tersebut. Tak jarang pada saat-saat tertentu masjid menjadi sarana perang kata-kata lewat spiker untuk menyindir jama'ah yang lain.

Kondisi seperti ini tentunya jauh dari prinsip-prinsip yang telah Nabi terapkan. Jika kita memperhatikan pembangunan Masjid Nabawi, di sana terlihat bahwa pada dasarnya masjid adalah bangunan universal untuk seluruh umat islam. dibangun atas dasar gotong royong untuk sama-sama mendekatkan diri pada Allah SWT. Tidak ada penguncian masjid dan tidak ada juga batasan waktu untuk berkunjung dan beribadah di dalamnya. Walaupun Nabi tinggal di selasar masjid, tak pernah Ia merasa memiliki untuk diri dan keluargannya saja. 

Membangun masjid adalah amal jariah, yaitu amal yang pahalanya tidak akan pernah putus-putus walaupun orang itu telah tiada. Mestinya semakin banyak orang yang singgah dan beribadah di suatu masjid, semakin senang pula orang-orang yang membangun masjid tersebut. Semua umat islam berhak beribadah di semua masjid, tanpa membeda-bedakan organisasi, paham keagamaan, warna kulit, bahasa, suku, dan usia seseorang. 

Masjid adalah tempat bersama untuk memanjatkan do'a-do'a.  Masjid adalah tempat bersama untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, 'itikaf, dzikir dan menggelar pengajian dalam rangka mendekatkan diri kepada sang pemilik alam semesta ini. Sebaiknya hindari egosentris golongan dan rasa posesif terhadap masjid yang kita bangun. Berilah kesempatan orang lain untuk merasakan kenikmatan beribadah di dalam masjid yang telah kita dirikan tanpa sekat-sekat yang membuat orang lain berkeluh kesah
.





Comments

Post a Comment