IMM Poros Intelektual Utama




Ditengah riuhnya pragmatisme yang menjangkiti pergerakan mahasiswa, IMM adalah organisasi yang menawarkan alternatif solutif lewat tradisi ilmu yang dimilikinya. Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Cak Nanto mengatakan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang paling berpotensi menjadi panah peradaban bangsa lewat tradisi ilmu yang dimilikinya. Hal ini didasari oleh rekam jejak historis kelahirannya yang tidak dibebani beban sejarah itu sendiri. Lain halnya dengan organisasi mahasiswa lainnya yang lahir dan tumbuh serta dididik dengan suplemen-suplemen beraroma politik.
Tradisi ilmiah yang hingga saat ini digenggam erat oleh anak-anak IMM berpotensi besar menjadi poros intelektual utama di tengah benang kusut kehidupan fragmatise mahasiswa.Optimisme ini terbentuk berdasarkan jejak pergerakan organisasi yang satu ini di dalam menjalankan roda organisasinya.
Di beberapa daerah, tak mengherankan kalau banyak organisasi mahasiswa lain yang usil mengatakan bahwa anak-anak IMM terlalu banyak duduk berdiskusi sambil minum kopi daripada turun ke jalan. Perlu dicatat disini bahwa Soesilo Ananta Toer pernah mengatakan “kata-kata adalah senjata” dan IMM adalah bagian dari senjata-senjata yang tidak bisa dihentikan untuk membungkam ketidakadilan, kebodohan dan kemiskinan gagasan.
Tradisi ilmu yang mudah ditemukan di dalam pergerakan IMM menunjukan komitmen IMM untuk berjuang di jalur keilmuan yang mungkin dalam beberapa organisasi mahasiswa lainnya tidak miliki. Sebagai poros intelektual utama, di dalam kader-kader IMM terhimpun berbagai corak pemikiran yang patut dijaga dan dibina. Uniknya, walaupun secara otonom IMM adalah sayap pergerakan Muhammadiyah yang secara kultural merupakan gerakan islam wasathiyah, di IMM kadang-kadang penulis temukan corak pemikiran yang berbeda dan lain daripada yang lain.
kader-kader IMM tak sedikit yang studi seputar dunia kebarat-baratan, juga tak sedikit yang menjurus pada corak pemikiran gerakan islam yang lumayan ekstrem. Yang perlu dicatat di sini bahwa corak pemikiran tersebut bukan untuk diaktualisasikan lewat kehidupan nyata. Namun lebih ke arah mengeksplorasi perbendaharaan ilmu di dalam dirinya. Sehingga IMM mampu mendalami setiap denyut dialektika ilmu yang sedang terjadi
di berbagai sudut kehidupan umat dan bangsa dengan baik.
Ragam pemikiran yang ditempuh kader-kader IMM tersebut membuat organisasi ini tidak gampang panik dalam menghadapi derasnya informasi bohong/hoaks yang merajalela di berbagai media sosial, bahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oase pemikiran yang berkembang di IMM adalah modal besar dalam mengarungi kehidupan kebangsaan. Narasi berfikir ilmiah kader-kader IMM, juga akhlak karimah sebagai teladan utama, merupakan dasar untuk menyikapi isu-isu nasional secara elegan dan arif, tidak bersifat radikal dan provokatif.
Melihat gestur tubuh IMM hari ini, terutama pendalaman terhadap kajian-kajian keilmuan, penulis berharap bahwa kader-kader IMM senantiasa menjadi suatu role model perpustakaan berjalan yang di dalam dirinya terpancar ilmu pengetahuan. Terakhir, di usia IMM yang menginjak 56 tahun ini, mudah-mudahan gerakan berpikir kader-kader IMM semakin mengkristal dan berbuah kebaikan bagi umat, bangsa dan persyarikatan. IMM Jaya !!!

Comments